Sontak aku kaget!
Siapa dia? Siapa Gilang? Bagaimana bisa ia mengetahui apa yang aku rasakan sekarang?
Aku memaksa memori ingatanku. Memutar otak.
"Ayolah Kirana ingat! Ingat!" batinku.
Aku terlalu memaksakan otak ini untuk mengingat sesuatu. Sesuatu yang mungkin sangat berharga di hidupku.
Perlahan pandanganku semakin kabur.
Ketika ku buka mataku perlahan, aku sudah ada di kamarku.
Aku baru ingat, ketika dipantai aku tak sadarkan diri.
Entah siapa yang membawaku pulang.
Ku lihat sekeliling kamarku.
Tertata rapi. Dengan lampu hias kecil-kecil berwarna kuning.
Dan.......
Banyak sekali foto-fotoku bersama seseorang.
Aku terlihat sangat bahagia. Tapi, siapa dia?
Semenjak operasi pengangkatan tumor dikepalaku. Sebagian memori ingatanku hilang.
Mungkin memori yang sangat indah juga penting telah hilang karna penyakit sialan itu.
Tuhan, bisakah kau jelaskan ini semua?
Tanpa kusadari, mama melihatku dari celah pintu kamar yang terbuka sedikit.
Mama menghampiriku.
Mama menceritakan semuanya kepadaku.
Ya semuanya.
Kirana, apakah kamu ingin mengetahui semuanya? Tidak kah kamu ingat dia? Gilang? Dia kekasihmu, sayang.
Orang yang telah berjasa atas kesembuhanmu.
Setiap harinya, ia habiskan untuk selalu merawatmu. Tak bosan ia memberikanmu semangat untuk hidup.
Waktu itu, Gilang harus pergi ke Jakarta karna Ibunya sakit keras.
Ketika ia sampai di Jakarta, penyakitmu kambuh, sayang.
Kamu koma.
Setelah ibu memberitahukan keadaanmu, Gilang bergegas menuju rumah sakit di Bandung untuk melihatmu.
Tapi.........
Sebelum ia sampai, Gilang....... Gilang.....
Mengalami kecelakaan yang hebat.
Seperti di sambar petir siang hari, sekujur tubuhku bergetar hebat.
Aku menangis sejadi-jadinya! Aku menjerit!
Tuhan! Apakah ini jawaban dari doaku?!!
Mengapa? Mengapa harus Gilang?!!
Mama memelukku erat. Menahanku.
Mama berkata kepadaku,
"Sabar Kirana sayang. Semua sudah digariskan oleh Allah. Perlu kamu ketahui, sebelum Gilang pergi, ia menitipkan selembar surat kepada mama. Surat untukmu.
Gilang menyuruh ibu untuk memasukan surat itu kedalam sebuah botol dan menguburnya di pantai. Pantai kalian."
Gilang bah sudah mengetahui ajalnya. Sampai-sampai membuat surat dan segala permainan surat botol di pantai.
Sakit yang bisa aku rasa. Ketika mulai mengingat sedikit demi sedikit kebersamaanku dengannya.
Tuhan, mengapa tidak Kau renggut juga nyawaku ketika aku koma?!! Agar aku bisa bersama Gilang. Selamanya. Didalam surgaMu.